Pages

Selasa, 06 Desember 2011

Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan

KEPEMIMPINAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
( Oleh Ahmad Aziz Fanani, S.Pd.I )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
        Manusia adalah mahkluk Tuhan yang paling tinggi dibanding mahkluk yang lain. Manusia dianugerahi  pikiran, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itu seharusnya manusia mampu mengelolah lingkungan yang baik, termasuk kehidupan sosialnya. (Internet, 2010)
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahurkan untuk menjadi pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Seperti termaktub dalam Al qur’an surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi “ ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat , sesungguhnya aku akan mengangkat Adam menjadi khalifah di muka bumi. Menurut Bachtiar Surin, perkataan khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang memimpin sesuatu. (Internet, 2010)
Lembaga pendidikan merupakan sebuah wahana untuk pengembangan diri  seseorang untuk menjadi lebih baik. Seorang pemimpin lembaga pendidikan dituntut agar memiliki kemampuan menggerakkan personel satuan pendidikan atau sekolah dalam melaksanakan tugas pembelajaran sesuai prinsip-prinsi pedagogik. Karena kepemimpinan adalah suatu kemampuan mempengaruhi kelompok kerah pencapaian tujuan. (Sudarwan, 2008:211)


I.2. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian kepemimpinan dalam lembaga pendidikan?
  2. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam lembaga pendidikan?
  3. Bagaimana tipe kepemimpinan dalam lembaga pendidikan?
  4. Bagaimana kepemimpinan yang efektif dalam lembaga pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan
Menurut Robbins dalam Wahab dan Umiarso (2010:60), kepemimpinan adalah kemampuan mempengarungi kelompok kearah pencapaian tujuan. Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
Menurut Josep C. Rost dalam Triantoro (2004:3), kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan/mitra kerja) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsenseus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas:
1.      Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2.      Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3.      Untuk mencapai tujuan manajer
4.      Untuk memperoleh manfaat bersama
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya terjadi suatu hubungan tiimbal balik.
Dalam hal ini kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan bagaimana seorang pemimpin mampu mempengaruhi serta menggerakan dan mengkoordinasikan anggotanya. Karena dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat beberapa beberapa komponen (warga sekolah) seperti guru, staf, peserta didik dan masyarakat.
Oleh sebab itu, pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin maka tujuan yang di ingin dicapai tidak akan tercapai secara maksimal. Kemampuan dapat berupa kemampuan berpikir (pengetahuan), dan kemampuan ini yang merupakan penentu keberhasilan organisasi.

II. 2. Gaya Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin yang mampu mempengaruhi karyawannya. (Wahab dan Umiarso, 2010:64)
Dalam lembaga pendidikan pemimpin dituntut untuk memiliki gaya yang sesuai dengan karakteristiknya. Semakin bagus dan baik gaya seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan, lembaga pendidikan tersebut akan semakin mudah dalam menggapai tujuan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui aliran teori sebagai berikut:
1.      Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibut). Para penganut aliran ini mengatakkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali ia kelak akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong tergolong pada pandangan fasilitas atau determinis.
2.      Teori Sosial
Jika teori pertama diatas adalah teori yang ekstrim padda satu sisi, maka teori inipun ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah “ Leader are made and not born”   (Pemimpin itu dibuat atau dididik bukan kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat bahwa setiap orang bias menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3.      Teori Ekologi
Kedua teori yang ekstrim diatas tidak semuanya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbulah aliran teori ketiga. Teori yang disebut ekologis, teori ini pada intinya bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif yang laing mendekati kebenaran.Namun demikian, penelitian yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakanang secara pasti apa saja factor yyang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

II. 3. Tipe Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinanya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin  satu dengan yang lainnya. Sebagaimana menurut G. R. Terry dalam Wahab dan Umiiarso (2010:66) bahwa pendappatnya membagi tipe-tipe kepamimpinan menjadi 6, yaitu:
1.      Tipe kepemimpinan pribadi (personal ledaership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mmengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkuta.
2.      Tipe kepimimpinan non pribadi (non personal leader) segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.      Tipe kepemimpinan otoriter (autoritorum leadership). Pemimpiin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.      Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksannya tujuan bersama. Agar setiap anggotanya bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.
5.      Tipe kepemimpinan paternalis (paternalis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
6.      Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenous leadership). Biasnya timbul dari kelompok orang-orang yyang informal dimana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya yang muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya dimana ia berkecimpung.
II. 4. Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif dalam Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan yang efektif memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meninkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kreaif untuk memperoleh hasil yang maksimal dari program institusi pendidikan. Menurut Campbell (1993) menegaskan bahwa pemimpin-pemimpin yang efektif menyususun tujuan-tujuan , sasaran-sasaran, mengatur standar-standar penampilan , menciptakan lingkungan kerja yang produktif, dan dapat dukungan yang dibutuhkan. (Internet:2010)
Faktor-Faktor Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif :
1.      Ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan dengan tepat.dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin pendidikan proses komunikasi itu terkandung nilai-nilai manusiawi yang secara psikologis dan pedagogis, dapat membawa pada kehidupan social yang tentram dan damai dengan rasa solidaritas social yang semakin kokoh.menurut Mann (1975) pengambilan keputusan yang rasional dalam organisasi harus dilihat dari tujuan organisasi, sumberdaya yang ada, informasi yang lenkap tentang fungsi sitem kerja, pengalokasian sumber dna didasarkan pada prioritas, dan  harus memahami pengelolahan dana. Suatu keputusan dalam penyelenggaraan pedidikan  dikatakan sebagai keputusan yang baik, apabila keputusan tersebut tidak memuat alasan dan tidak perlu pula untuk diadakan kemungkinan untuk naik banding dalam bentuk apapun.karena itu pemimpin pendidikan harus cermat dalam pengambilan keputusan.
2.      Pendelegasian pembagian tugas dengan tepat.
Kepemimpinan pendidikan yang efektif  harus bisa mendelegasikan pembagian tugas atau pekerjaan dengan cara yang yang tepat yaitu sesuai dengan pembidangan organisasi. Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang kepada seseorang atau lembaga yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan institusin yang berlaku. Meskipun tugas-tugas tersebut telah didelegasikan  kepada bawahannya, tetapi control dan tanggungjawab tetap ada pada pemimpin.adapun kualifikasi penerima wewenang berkenaan dengan aspek keahlian, posisi, dan perilakunya dengan mempertimbangkan secara jeklas penentuan formasi tugas, tanggungjawab, prosedur, prospek pengembangan dan pendayagunaannya diarahkan pada internaslisasi prinsip moral dan etika yang menjadi landasan terbangunnya akuntabilitas mereka sebagai pemberi dan penerima wewenang serta menjamin proses penyelenggaraannya benar-benar bergerak sejalan dengan aspirasi masyarakat  yaitu tidak menyimpang dari prinsip-prinsip etika, aturan penyelenggaraan satuan pendidikan, hokum, dan konstitusi Negara.
3.      Mengembangkan sikap demokrasi.
Kepemimpinan yang efektif harus memiliki seorang pemimpin yang mengembangkan sikap demokratis. Menurut  kamus besar bahsa Indonesia (1996)mengemukakan demokrasi adalah gagsan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama atau menjamin kemerdekaan dan persamaan mengemukakan pendapat sebagai satu keseluruhan yang utuh. Factor partisipasi sangat kuat pengaruhnya dalam mencapai kesuksesan tugas seorag pemimpin, semakin banyak partisipasi bawahan dalam suatu kegiatan semakin besar dan dinamis kehidupan kondisi organisasi tersebut.
4.      Visioner
Kepemimpinan efektif harus visioner. Menurut Paters dan Austin (1986) mengemukakan bahwa setiap institusi memerlukan pemimpin yang memiliki visi dan misi atau disebut dengan visioner, dekat dengan pelanggan atau masyarakat yang membutuhkan jasa organisasi pendidikan, memiliki gagasan inovativ yang lua, familiar dan mempunyai semangat kerja yang tinggi.(sallis,1992). Tidak semua tujuan disebut visi. Visi adalah gmabran keadaan sesuatu hal dalam suatu waktu mendatang dapat menjadi kenyataan yang mengandung cita-cita, nilai, semangat motivasi, niat yang jelas, wawasan dan keyakinan.
5.      Perduli terhadap pembaharuan
Kepemimpinan yang efektif juga perduli tentang pembaharuhan. Keperdulian member gambaran bahwa seorang pemimpin cepat bereaksi, tanggap dan mrespon terhadap hal-hal yang dipandang member konstribusi terhadap kualitas institusi yan dipimpinya sebagai bagian dari pembaharuan. Pemimpin yang perduli dalam manajemen pendidikan, memeahami betul bahwa manajemen pendidikan tidak terlepas dari pembaharuan yaitu tuntuan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan bagian dari dinamika pendidikan. Akibat dar pembaharuan dan perkembangan ilmu pengetahuan itu menumbuhkan konsekwensi tersendiri bagi pemimpin sebagai pemegang kendali pendidikan.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu teori genetis (keturunan), teori social dan teori ekologi.
Tipe kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu tipe kepemimpinan pribadi (personal ledaership), tipe kepimimpinan non pribadi (non personal leader), tipe kepemimpinan otoriter (autoritorum leadership), tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership), dan tipe kepemimpinan paternalis (paternalis leadership)
Kaitanya kepemimpinan pendidikan yang efektif yaitu prmimpin yang memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meninkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kreaif untuk memperoleh hasil yang maksimal dari program institusi pendidikan.

Daftar Pustaka

Wahab, Abd dan Umiarso. 2010. Spiritual Qoutient (SQ) dan Educational Leadership. Jember : Pena Salsabila

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Http//www.Kepemimpinan.com. 30 nopember 2010 : 04.45 am


Tidak ada komentar:

Posting Komentar